Sarasehan digelar di ruang pertemuan Hotel Kapal Garden. (Foto: Istimewa) |
Tepat pada Jum'at 7 Februari 2020, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menyelenggarakan Sarasehan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di lingkungan Muhammadiyah (PTKIM) se-Jawa Timur. Sarasehan yang dipimpin FAI UMM ini mengambil tema "Penguatan PTKIM Menuju Perguruan Tinggi Berkemajuan."
Menurut Dr Fauzan, selaku Rektor UMM yang membuka acara tersebut menyatakan, sudah saatnya PTM menjadi subyek perubahan. Bukan obyek. Karenanya, sudah saatnya bertarung dalam gelanggang; dinamika pendidikan tinggi yang terus berubah. Secara lebih jauh Fauzan mengatakan bahwa konsolidasi ini penting digunakan untuk menata niat, tekad dan semangat PTKIM dalam rangka menjadi yang terdepan dalam inovasi dan prestasi.
Narasumber kunci, Prof. Dr. H.A. Malik Fadjar menandaskan bahwa dalam rangka membawa PTKIM sebagai yang terdepan, memerlukan keberanian dan soliditas. "Dalam menata PTKIM ini, kita harus berani berwawasan inklusif dan menanggalkan sektarianisme," tegasnya.
Baca juga: Respon Perubahan, Universitas Sahid Jakarta Belajar ke UMM
Prof Malik mengamati bahwa, secara historis, banyak di antara kelahiran Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) bermula dari FAI. Hal ini diamini oleh Prof. Achmad Jainuri. Bahkan, di banyak universitas terkemuka di dunia, juga berawal dari program studi agama (divinity school).
Sayangnya dalam perkembangannya, pengelolaannya di Indonesia, tidak se-profesional fakultas lainnya. "Karena itu, harus dikelola secara jauh lebih baik. FAI adalah yang pertama. FAI yang menjadi perekat agar kita semua solid," Prof Malik berkomentar.
Sebenarnya, saat ini tantangan kehidupan begitu berat. Dinamika sosial, politik dan ekonomi di era teknologi 4.0, juga harus direspon dan digerakkan oleh FAI. Prof Malik menyatakan bahwa FAI adalah aset. “Aset yang penting untuk mengupayakan pencerahan umat, kemanusiaan dan peradaban,” tegasnya.
Baca juga: Kisah Galang, Mahasiswa UMM yang Rela Kurangi Jam Tidur Demi Raih Mimpi
Dalam rangka menyambut segala tantangan yang ada, Prof. Tobroni, selaku Dekan FAI UMM menjelaskan bahwa FAI akan menghadapi akreditasi dengan sembilan standar. Standar ini menekankan luaran dan capaian mahasiswa.
Menurutnya Tobtoni, jika FAI mampu meluluskan anak-anak bangsa yang pandai, cerdas, produktif, memiliki karya yang mewarnai gelanggang akademik, lalu siap kerja, maka institusi FAI dianggap sudah sesuai standar. “Hal ini ditambah juga dengan Tri-Pasti: pasti berakhlak-mulia, pasti lulus dan pasti bermanfaat (kerja)," tambahnya.
Dalam rangka menuju hal itu, maka FAI UMM dan PTKIM, menekankan pentingnya publikasi karya ilmiah, bukan hanya bagi dosen, namun juga para mahasiswa. "Hal ini tentu selaras dengan kebijakan Mas Menteri, Nadhim Makarim," ungkap Prof. Tobroni. (*/yas/can)