Puluhan Penari Unjuk Kebolehan di UMM Championship Tari Tradisional

Author : Humas | Selasa, 23 November 2021 05:49 WIB
Kompetisi UMMC Tari Tradisional 2021 (Foto: Istimewa)

Rangkaian kompetisi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Championship kembali bergulir. Kali ini Kampus Putih menggelar UMMC Tari Tradisional 2021 nasional yang dilaksanakan pada Minggu (21/11) lalu. Adapun formatnya masih dilakukan secara daring karena masih berada di situasi pandemi.

Ketua pelaksana lomba tari, Sadida Faza Nur Syari'ah mengatakan ada lebih dari 20 tim yang turut serta untuk bersaing mendapatkan juara. Usai mendaftarkan tim, para peserta diminta menyusun video dan mengunggahnya di website agar nantinya bisa segera dilakukan penilaian.

“Para peserta tidak hanya berasal dari universitas di pulau Jawa saja, ada juga yang berasal dari Sumatera bahkan Kalimantan. Ketika proses penjurian, mereka juga diundang hadir untuk mendengarkan komentar dan melihat sistem penilaian sehingga bisa transparan,” imbuhnya.

Sasa, panggilan akrabnya menuturkan bahwa kompetisi ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan para anak muda akan budaya Indonesia, khususnya tari. Selain itu juga menjadi wadah bagi para peserta yang ingin mengembangkan minat, bakat serta karya meskipun masih di tengah pandemi.

Ditanya ihwal penilaian, Sasa menjelaskan ada lima kriteria utama yang dinilai. Pertama, yakni wiraga yaitu penilaian berdasarkan harmoni dan kreativitas gerak, pengembangan pola lantai dan juga penampilan gerak penari. Kemudian adapula wirama yang melihat bagaimana ketepatan antara gerak dan musik. Ketiga, wirasa yang menilai keselarasan gerak tari, penjiwaan, penghayatan, dan ekspresi gerak dalam tari.

“Adapula wirupa yang memperhatikan tata rias dan tata busana. Kemudian yang terakhir adalah kreativitas video. Para juri memberikan nilai terkiat bagaimana Teknik pengambilan video teaser serta proses editing,” imbuh Sasa.

Mahasiwa Sosiologi tersebut menuturkan bahwa tidak ada Batasan atau syarat khusus bagi para peserta untuk menampilkan tarian apa. Pihak panitia membolehkan semua tari selama masih berada dalam wilayah tari tradisional. Para peserta juga diberikan kebebasan dalam berimprovisasi untuk memberikan keunikan tersendiri.

Sasa berharap kompetisi tidak hanya dinilai sebagai ajang bersaing, tapi juga gelaran silaturahmi antar universitas agar bisa mengenal satu dengan lainnya. Ia berharap, budaya tari tradisional semakin dicintai, utamanya bagi para anak muda yang akan mengemban kepemimpinan di masa depan. “Tentu, melestarikan budaya adalah tugas kita para pemuda. Bisa dimulai dengan mencintai tari-tari tradisional atau bahkan juga memperagakannya,” pungkasnya (wil)

Shared:

Komentar

Tambahkan Komentar


characters left

CAPTCHA Image